Browser milik Microsoft yaitu Microsoft Edge sudah menjadi default browser bawaan sistem operasi ini sejak lama, walaupun versi pertamanya bisa dibilang cukup buruk, karena sangat tidak optimize dan merepotkan untuk di pakai. Semua berubah ketika Microsoft memutuskan untuk melakukan transisi basis browser nya itu, yang semulanya merupakan dibangun dari awal oleh mereka dan akhirnya beralih menjadi “Chromium Based”.

Transisi ini membuat gempar para tech savvy atau tech enthusiast, karena perubahan ini sangat radikal. Karena sesuai namanya Chromium itu adalah proyek browser open-source milik Google. Namun setelah melakukan transisi dan tambal sana sini, akhirnya Microsoft mendapatkan browser yang bisa dibilang terbaik milik Microsoft sejauh ini, dikarenakan konsumsi daya dan ram nya jauh lebih rendah dari Chrome itu sendiri, dan juga Edge Chromium lebih stabil dalam pengoperasiannya ketimbang Chrome.

Namun tetap dalam hal market share, tentu saja Chrome adalah rajanya karena secara world wide mayoritas browser di dominasi Chrome dan Safari Browser milik Apple. Chrome sang pemiliki 65% market share tentu saja tak terkalahkan untuk sekarang, bahkan saingan terdekatnya yaitu Safari Browser hanya mencapai 18% market share secara global.

Kali ini Microsoft kembali mencoba mendominasi pasar browser dengan membuat sebuah trik cerdik namun sebenarnya sudah sering digunakan oleh perusahaan besar lainnya, kasus terparahnya adalah TikTok dan OS Android.

Trik itu dinamakan “Dark Pattern”, apa itu dark pattern? Singkatnya dark pattern itu adalah bahasa design yang dibuat secara “sistematis” agar mendorong penggunanya melakukan sesuatu, contohnya disini adalah membeli barang yang sebenarnya tidak diskon ataupun enggan berpaling dari aplikasi tertentu.

Microsoft diketahui menanamkan dark pattern itu kedalam default browser setting mereka, sebenarnya pattern yang mereka buat sangat simple dan tidak se-sophisicated itu. Namun membuat para penggunanya malas untuk berubah dari browser Microsoft Edge ke browser lain.

Hal ini ditemukan di laman setting Windows 11 Preview Builds terbaru, dimana Microsoft membuat default apps menjadi sangat komplek dan memiliki setumpuk sub-menu. Contohnya membuat default untuk membuka file .html dan .pdf berbeda dan terpisah. Simak video dibawah yang diunggah oleh salah seorang jurnalis senior The Verge yaitu Tom Warren.

Hal ini mungkin nantinya akan dibantah oleh pihak Microsoft dengan dalih untuk memberikan pilihan yang lebih luas untuk konsumer, tapi perlu diingat kebanyakan pengguna Windows sendiri itu awam dan tentu saja sub-menu sebanyak ini akan mengintimidasi para pengguna awam tersebut yang akhirnya mengurungkan niat untuk merubah default browser mereka.

Namun memang dark pattern ini sudah lama menjadi perdebatan diantara para enthusiast karena keberadaannya yang mayoritas menyimpan banyak efek negatif.