Film The Grand Budapest Hotel arahan Wes Anderson merupakan film dengan tema story telling yang paling mantap dan paling menyegarkan mata untuk dilihat dan juga di dengar. The Grand Budapest Hotel menceritakan tentang kehidupan seorang bellboy yaitu Zero, dan atasannya M.Gustave. Jika pertama kali mendengarnya mungkin ini film tentang refleksi kehidupan atau sebuah dokumentasi, namun siapa sangka The Grand Budapest Hotel merupakan film fiksi komedi yang diracik dengan luar biasa oleh Wes Anderson.
Unik, dan tidak biasa. Itu adalah 2 kata yang paling tepat dalam menggambarkan The Grand Budapest Hotel. Jika film yang mengadaptasi buku tidak menggunakan narator, disini justru menggunakan narator. Melihat film ini seperti melihat kedalam kepala anak gadis kecil yang membaca sebuah buku dari sang penulis, dan diceritakan kembali melalui Zero, orang yang menjadi sumber inspirasi dari bukut tersebut, intinya Anda mendengar cerita dari 3 kepala yang berbeda. Sebelumnya saya menduga bahwa film The Grand Budapest Hotel ini merupakan adaptasi sebuah novel namun sebaliknya, film ini sama sekali bukan adaptasi dari novel manapun namun gaya penceritaan dan penulisannya terinspirasi oleh pengarang buku Stefan Zweig, yang kemudian melahirkan film The Grand Budapest Hotel oleh Wes Anderson dan Hugo Guinness.
Hebatnya lagi saya patut menambahkan bahwa film ini tergolong film yang paling rapih, teliti, dan antusias dalam pengerjaannya. Saya baru menyadari bahwa setiap gedung yang menjadi Setting di semua adegan film ini tidak lebih hanya sebuah miniatur yang di zoom oleh kamera saja, dan sisanya hanyalah dekorasi yang menyesuaikan dari desain gedung tersebut. Tidak ada green screen sama sekali yang digunakan sebagai latar belakang, atau efek yang wah untuk film sederhana namun indah ini.
Terlepas dari hal tersebut saya justru tenggelam dan semakin saya menontonnya makin penasaran pula saya untuk mengikuti ceritanya. Film ini menceritakan pengalaman hidup Zero seorang bellboy magang di hotel mewah The Grand Budapest Hotel, dan atasannya sekaligus sumber inspirasi Zero, M.Gustave. Singkat, padat, dan jelas setiap percakapan antar karakter semuanya di eksekusi dengan brilian oleh setiap aktor yang ada di film ini. Jika Anda perhatikan banyak sekali aktor dan artis kenamaan di film ini biar itu menjadi pemeran utama , atau menjadi pemeran pembantu. Sayang sekali bahwa film ini tidak mendapatkan respon yang sepantasnya di kalangan publik.
Gaya penceritaan dari film ini terdiri dari 7 bagian. 1 prolog, 5 bagian utama cerita, dan akhirnya adalah epilog, sama seperti ketika Anda membaca buku bukan? Bagian epilog menceritakan tentang seorang gadis kecil yang sedang membaca buku dan scene selanjutnya sang penulis menceritakan pengalamannya bertemu dengan Zero, lalu Zero menceritakan kepada sang penulis tersebut tentang M.Gustave juga sejarah hotel megah The Grand Budapest Hotel. Ke 5 bagian cerita tersebut menceritakan bagaimana M.Gustave menjalankan hotelnya, difitnah oleh keluarga Madame D karena harta warisan, dan aksi M. Gustave berusaha membersihkan namanya dari hal itu semua. Untuk epilog jelas penutup dan akhir kata dari Zero yang menjadi sumber cerita, dan sang penulis. Cerita dalam film ini tidak monoton dan alurnya terus maju, tidak terikat oleh masa lalu. Setiap karakter memiliki ceritanya masing-masing dalam menangani masalah yang mereka hadapi, entah itu tokoh antagonis ataupun protagonis.
Selain itu musik yang ada di film ini juga bisa terlihat manis dan mampu menyesuaikan sesuai dengan keadaan dari setiap adegannya. Alexander Desplat patut diacungi jempol atas usahanya dalam menghadirkan musik yang mudah didengarkan telinga. Film yang baik juga memperhatikan bagian musiknya juga. Musik berfungsi sebagai media untuk membawa perasaan penonton menjadi lebih kuat dan membangun koneksi lebih dalam dengan situasi yang ada di film tersebut. The Grand Budapest Hotel sukses dalam merealisasikan hal itu semua. Dan hasilnya? Academy Awards untuk original Music jatuh ketangan komposer ini.