Jakarta, 24 Maret — Kali ini kami diberi kesempatan untuk mengulas gim terbaru dari Ubisoft, yakni Assassins Creed Shadows! Penasaran gimana ulasan gimnya? Baca selengkapnya di bawah, guys!


Diulas oleh Rivaldo Santosa
Untuk versi PC

Yuhuu eferibodeh welcome back again with me ldo from The Lazy Monday, mau kasih kalian review Assasins Creed Shadows, AC dengan tema yang sudah gue tunggu-tunggu yaitu tema jepang, yang berlokasi di kyoto. Apakah gim ini sesuai dengan ekspektasi gue pribadi? Mari kita sikat review-nya, guys!

Assassins Creed Shadows Gunakan Anvil Engine Buat Hasilkan Visual yang Benar-benar Gokil

assassins creed shadows

Oke, pertama gue harus bilang bahwa Anvil, engine terbarunya Ubisoft yang dipakai untuk gim Assassins Creed Shadows ini benar-benar gokil. Karena kota Kyoto di gim ini benar-benar sebagus itu secara visual. Dari detik pertama sampai 80 jam gue memainkan gim ini, visualnya benar-benar tidak mengecewakan sama sekali dan gue pribadi sering terdiam menikmati suasana visual dalam gim yang sangat hidup.

assassins creed shadows

Dynamic Season yang dibawa juga menjadi game changer banget, karena setiap lokasinya jadi punya pemandangan dan perasaan berbeda di tiap musimnya. Mulai dari sakura di musim semi sampai musim dingin, keempatnya bisa membuat kalian melihat satu tempat dengan empat suasana berbeda.

assassins creed shadows

Anvil Engine ini juga memungkinkan kalian melihat daun-daun dan sakura berjatuhan dengan indah. Singkatnya, gim ini mengajak kalian menapak tilas  ke Jepang era 1580-an, lengkap dengan seluruh landmark yang eksis pada masa itu. Mulai dari Himeji Castle yang masih terkonservasi sampai sekarang, Takeda Castle yang terkenal karena berada di atas bukit, dan berbagai kuil seperti Todaiji dan Kongobu-Ji Temple di Kyoto yang membuatnya dijuluki kota dengan 1000 kuil.

assassins creed shadows

Selain berbagai landmark bersejarah, Assassins Creed Shadows juga menampilkan kota-kota padat penduduk beserta toko pernak-pernik yang ditampilkan secara apik di Kyoto, hingga kota Iga dengan perbukitan dan persawahannya. Secara visual, bisa dikatakan ini adalah gim Assassin’s Creed dengan visual terbaik dan banyak lokasi-loaksi yang menarik meskipun hanya untuk berdiam diri. Gim ini juga memberikan berbagai macam codex untuk mempelajari berbagai landmark yang ada dan jatuh bangunnya lokasi tertentu.

Intinya gue membawa visual dan dunia dari Assasins Creed Shadows sebagai hal pertama yang gue bahas, karena ini adalah poin terbaik dalam gim ini setelah berkeliling selama 80 jam.

Dua Protagonis yang Ingin Balaskan Dendam Masing-masing

assassins creed shadows

Sekarang kita bahas dari segi ceritanya. Jadi, gim ini bercerita tentang dua protagonis yang harus membalaskan dendam masing-masing, yakni Naoe yang membalaskan dendam kematian bapaknya yang dibunuh 12 orang bertopeng dan merebut kembali kotak yang tersimpan di kampung halamannya. Di sisi lain, Yasuka juga harus membalaskan dendam pribadinya yang tidak bisa diceritakan lebih lanjut di sini.

assassins creed shadows

Secara cerita, gue pribadi suka dengan perburuan 12 orang bertopeng ini yang tidak secara ajaib bekerja sama untuk membunuh bapaknya Naoe dan merebut kota tanpa motif yang jelas. Dengan banyaknya area yang terbagi di sini dengan kondisi politik masing-masing, rasanya jadi logis motif di balik alasan mengapa kenapa mereka bersatu dan melakukan hal yang menjadi pusat cerita Assassins Creed Shadows. Intinya mah ujung-ujungnya selalu tentang uang.

Di Assassins Creed Shadows, cerita dapat dinikmati dengan dua cara berbeda: Canon Mode atau Non-Canon Mode. Dalam Canon Mode, pemain tidak memiliki kebebasan untuk memilih jawaban dalam percakapan penting sepanjang alur cerita. Sebaliknya, Non-Canon Mode memungkinkan pemain untuk memilih berbagai jawaban yang dapat berpengaruh terhadap nasib karakter, termasuk kemungkinan kematian mereka. Fitur ini memberikan nilai replayability bagi permainan. Namun, dengan durasi permainan yang sangat panjang, mengulang cerita hanya untuk mengetahui siapa yang selamat dan siapa yang tidak di Canon Mode terasa kurang menarik. Alternatifnya, pemain dapat bertanya kepada teman yang memainkan Canon Mode untuk mendapatkan informasi tersebut.

assassins creed shadows

Selain cerita utama, dalam Non-Canon Mode, karakter Naoe dan Yasuke memiliki opsi untuk menjalin hubungan romantis dengan beberapa karakter lain. Mekanisme ini dibuat sederhana oleh pengembang, pemain hanya perlu memilih jawaban yang ditandai dengan ikon hati. Jika memilih semua jawaban tersebut, hubungan romantis dengan karakter yang bersangkutan akan terbentuk secara otomatis. Sayangnya, hubungan ini tidak memiliki dampak terhadap perkembangan cerita, karena pemain tidak terikat dengan satu karakter saja. Pemain dapat menjalin hubungan dengan beberapa karakter yang memiliki opsi romansa. Oleh karena itu, elemen hubungan dalam permainan ini lebih berfungsi sebagai hiburan di tengah cerita yang intens. Hubungan tersebut tidak memiliki kelanjutan yang berarti, sehingga lebih menyerupai kisah cinta satu malam. Semakin banyak pemain menjelajahi dunia dalam permainan ini, semakin banyak pula karakter sampingan yang dapat dijalin hubungan romantis.

Mekanisme Traversal yang Terasa Kurang Optimal

Sayangnya, meskipun dunia dalam permainan ini sangat indah dan kaya akan karakter yang bisa ditemukan melalui eksplorasi, aspek traversal terasa kurang optimal.

assassins creed shadows

Salah satu kekurangan yang cukup mencolok adalah sistem berkuda yang tidak memiliki fitur auto-pilot. Akibatnya, pemain harus terus menekan analog hingga mentok untuk mencapai tujuan yang jauh jika belum membuka fitur fast travel. Fitur auto-pilot yang sebelumnya memungkinkan pemain untuk berkuda otomatis menuju penanda di peta justru dihilangkan dalam Assassins Creed Shadows. Hal ini sangat disayangkan, karena akan lebih nyaman jika pemain bisa menikmati pemandangan sambil berkuda tanpa harus terus mengontrol arah.

Selain itu, dengan lanskap permainan yang didominasi perbukitan dan pegunungan, kemampuan memanjat Naoe terasa terbatas. Tidak semua permukaan batu dapat dipanjat, sehingga pemain harus mencari tanda visual tertentu untuk menentukan apakah suatu area bisa didaki atau tidak. Hal ini cukup disayangkan, mengingat dalam seri Assassin’s Creed, mekanisme memanjat terasa lebih bebas dan fleksibel. Terlebih lagi, jalur dalam permainan ini tergolong sempit, sehingga kemampuan untuk memotong jalan melalui pemanjatan akan sangat membantu, terutama dalam mencapai lokasi-lokasi tinggi yang biasanya digunakan untuk membuka fitur fast travel.

assassins creed shadows

Setidaknya dalam hal fast travel, permainan ini menawarkan solusi yang cukup baik. Banyak titik fast travel ditempatkan di puncak tertinggi berbagai istana, yang berfungsi layaknya titik sinkronisasi khas Assassin’s Creed. Namun, karena lokasi tersebut sering kali menjadi sarang musuh, pengembang menghadirkan kakurega—markas kecil yang dapat dibuka dengan membayar sejumlah biaya. Markas ini kemudian bisa digunakan sebagai titik fast travel sekaligus tempat untuk resupply peralatan, amunisi, dan melakukan scouting. Dengan adanya kakurega, pemain tidak perlu selalu berpindah ke wilayah musuh saat ingin menggunakan fast travel.

assassins creed shadows

Kembali ke aspek traversal, sistem dynamic season juga memengaruhi pengalaman menjelajah dunia dalam permainan ini. Saat musim dingin, Naoe akan kesulitan berjalan di atas salju tebal, sementara Yasuke tidak terpengaruh oleh kondisi tersebut. Selain itu, kolam dan sungai yang biasanya berfungsi sebagai pertahanan istana akan membeku, menciptakan jalur baru yang bisa digunakan pemain. Namun, berlari di atas permukaan es yang membeku dapat menyebabkan pemain tergelincir, sehingga pendekatan menuju suatu lokasi perlu diperhitungkan dengan lebih cermat.

assassins creed shadows

Permainan ini juga memperkenalkan hook sebagai alat bantu khusus bagi Naoe. Dunia yang dipenuhi dengan pagoda bertingkat membuat pemanjatan secara manual menjadi hampir mustahil, sehingga hook memungkinkan Naoe untuk memanjat dengan cepat dan efisien. Sebaliknya, Yasuke tidak memiliki akses ke mekanisme ini karena postur dan gaya bertarungnya yang bukan seorang shinobi.

Keberadaan dua karakter dengan gaya traversal yang berbeda memang menarik, tetapi dalam beberapa situasi dapat menjadi kendala. Misalnya, ketika bermain sebagai Yasuke dan ingin memanjat pagoda, pemain harus mengganti karakter ke Naoe terlebih dahulu, yang berarti harus melalui loading screen. Proses ini terasa cukup menghambat, terutama saat ingin bergerak dengan cepat. Oleh karena itu, dalam eksplorasi, Naoe sering menjadi pilihan utama karena mobilitasnya yang lebih tinggi. Apalagi, hambatan terbesar bagi Naoe hanyalah salju tebal di musim dingin, itupun hanya jika pemain keluar dari jalur utama (off track), karena jalan utama biasanya tidak tertutup salju tebal.

Soal pergantian karakter, jika PC yang digunakan cukup kencang, waktu pergantian hanya sekitar 5 detik, sehingga tidak terlalu mengganggu.

Jika bertanya apakah permainan bisa diselesaikan sepenuhnya dengan Naoe, jawabannya adalah bisa, asalkan pemain hanya fokus pada cerita utama dan tidak tertarik untuk menyelesaikan side mission yang berhubungan dengan Yasuke. Beberapa side mission memang eksklusif untuk Yasuke, sehingga memilih bermain sepenuhnya sebagai Naoe berarti melewatkan sebagian dari cerita sampingan.

Sebaliknya, jika ingin memainkan permainan ini hanya dengan Yasuke, jawabannya tidak bisa. Di awal permainan, pemain akan langsung menggunakan Naoe, dan butuh sekitar 20 jam sebelum Yasuke dapat dimainkan. Dengan keunggulan Naoe dalam traversal yang lebih cepat dan fleksibel, secara otomatis ia lebih banyak digunakan sepanjang permainan, menjadikannya karakter utama yang lebih dominan dibandingkan Yasuke.

Tawarkan Dua Mekanisme Kombat yang Berbeda: Brutal atau Stealth

assassins creed shadows

Selain perbedaan dalam traversal, keduanya juga memiliki mekanisme pertempuran yang berbeda. Yasuke memiliki damage output yang jauh lebih besar dan serangan yang lebih mematikan, sementara Naoe memiliki kecepatan serangan yang lebih tinggi meskipun dengan damage yang lebih kecil. Dari segi persenjataan, Yasuke memiliki lebih banyak pilihan, termasuk long katana, naginata, kanabo, teppo (rifle), dan bow. Namun, meskipun secara visual terlihat berbeda, secara fungsi Naoe juga memiliki alat yang setara, seperti kunai dan shuriken yang menggantikan peran rifle dan bow Yasuke.

Dalam pertarungan satu lawan satu maupun melawan banyak musuh, keduanya memiliki senjata yang efektif: Yasuke dengan naginata dan Naoe dengan kusarigama. Keduanya juga memiliki execution blow yang memuaskan dan sangat sadis, termasuk pemenggalan kepala yang brutal, menambah kesan intens dalam pertempuran.

Dari segi pertarungan, permainan ini terasa sangat enjoyable. Mekanisme parry yang responsif, animasi moveset yang menarik dengan kombinasi serangan yang beragam, serta berbagai keterampilan bertarung yang terinspirasi dari estetika hitam-putih khas film samurai Akira Kurosawa membuat pengalaman bertarung semakin imersif.

Variasi visual senjata yang tersedia juga cukup banyak, meskipun setelah 80 jam bermain, gue masih belum menemukan senjata mythical yang memiliki efek menyala. Gue pribadi cukup terbuka terhadap elemen fantasi dalam persenjataan di Assassin’s Creed, sehingga menambahkan lebih banyak efek selain poison dan bleeding akan menjadi tambahan yang menarik.

assassins creed shadows

Setidaknya, pemain dapat mengubah tampilan senjata mereka, mulai dari gagang, pedang, hingga pelindungnya (guard), sehingga mengoleksi berbagai jenis senjata menjadi bagian penting dari pengalaman bermain. Setiap senjata memiliki perks dan statistik yang berbeda-beda, dan sistem kustomisasi visual memungkinkan pemain untuk mengganti tampilan senjata dan armor tanpa mengorbankan preferensi perks dan statistik mereka.

Selain sistem pertarungan, Assassins Creed Shadows juga menempatkan elemen stealth sebagai aspek utama dalam mekanisme permainannya. Namun, beberapa elemen minor dalam stealth terasa kurang signifikan. Misalnya, tempat persembunyian di langit-langit (ceiling) yang seharusnya memberikan keuntungan taktis justru terbatas fungsinya. Pemain tidak dapat melakukan aksi apapun saat berpegangan di plafon, termasuk bersiul untuk menarik perhatian musuh. Secara logika, siulan dilakukan dengan mulut, sehingga seharusnya tetap bisa dilakukan meskipun tangan sedang digunakan untuk berpegangan. Akibatnya, plafon lebih berfungsi sebagai tempat bersembunyi saja tanpa memberikan manfaat tambahan dalam strategi stealth.

Selain itu, fitur untuk memadamkan sumber cahaya memang efektif dalam menjaga karakter tetap tersembunyi di tempat gelap, tetapi elemen ini tidak memberikan dampak besar terhadap efisiensi stealth secara keseluruhan. Pendekatan lama—mengendap perlahan, menghindari deteksi, lalu menusuk musuh atau melempar kunai—masih menjadi cara paling efektif.

Terdapat pula inkonsistensi dalam interaksi dengan sumber cahaya, di mana beberapa api dapat dipadamkan, sementara yang lain tidak. Hal ini menimbulkan kebingungan, seolah-olah ada obor tertentu yang tidak dapat dipadamkan, seperti obor Olimpiade yang terus menyala tanpa alasan yang jelas.

assassins creed shadows

Elemen paling efektif dalam stealth justru berasal dari cuaca dan waktu malam. Saat malam hari, pemain memiliki lebih banyak tempat untuk bersembunyi karena kondisi yang lebih gelap. Beberapa perks juga mendukung eksekusi assassination yang lebih mudah di malam hari, bahkan ada senjata yang memiliki perks dengan damage lebih besar saat digunakan di waktu tersebut.

Selain itu, cuaca seperti hujan juga memberikan keuntungan dalam stealth, karena suara langkah kaki menjadi lebih sulit terdengar, memungkinkan pemain bergerak lebih cepat tanpa menarik perhatian musuh. Kombinasi malam hari dan hujan menjadi kondisi ideal untuk menyusup ke markas musuh, terutama kastil-kastil besar yang dipenuhi penjaga.

Tidak Bisa Mengubah Siklus Waktu Secara Manual

Namun, satu hal yang membingungkan adalah tidak adanya mekanisme untuk mengubah siklus waktu secara manual. Jika malam hari memang menjadi waktu yang paling efektif untuk stealth, seharusnya ada opsi bagi pemain untuk mempercepat pergantian waktu ke malam, daripada harus menunggu matahari terbenam secara manual.

assassins creed shadows

Mungkin di awal permainan, konsep menunggu ini masih bisa diterima—pemain bisa menghabiskan siang hari dengan menyelesaikan misi lain, lalu melakukan infiltrasi saat malam tiba. Namun, di pertengahan hingga akhir permainan, ketika pemain mulai lebih tidak sabar dan ingin menyelesaikan misi dengan cepat, harus menunggu malam secara manual terasa tidak efisien.

Hal ini terasa semakin aneh mengingat ada mekanisme untuk mengganti musim secara manual, tetapi tidak ada opsi serupa untuk mengganti waktu siang dan malam. Ini cukup disayangkan, mengingat perksassassination di malam hari sangat berarti dalam permainan semi-RPG seperti Shadows, yang memiliki sistem level yang mempengaruhi kemungkinan membunuh musuh secara instan. Jika dalam situasi stealth ternyata pemain tidak bisa melakukan assassination secara diam-diam karena selisih level, lalu terpaksa harus bertarung terbuka, rasanya pengalaman menjadi seorang ahli stealth kurang maksimal.

Secara keseluruhan, mekanisme stealth dalam gim ini terasa cukup generik, tanpa inovasi besar. Satu-satunya aspek baru yang memengaruhi pendekatan stealth adalah faktor cuaca. Misalnya, saat salju menumpuk di atap dan pemain berjalan di atasnya, es yang mencair (ice dams) bisa jatuh dan menarik perhatian musuh. Sebaliknya, saat hujan, pemain justru mendapatkan keuntungan karena bisa bergerak lebih cepat tanpa terdeteksi.

Side Quest atau Activity yang Benar-benar Minim

Beberapa elemen yang telah dibahas sebelumnya memang cukup memuaskan, terutama dari segi visual dunia yang benar-benar memanjakan mata. Namun, jika harus membicarakan kekurangan terbesar dalam gim ini, bagi gue adalah side quest dan aktivitas dunianya. Ini merupakan kesalahan paling besar yang bisa membuat banyak pemain merasa lelah dalam menyelesaikan misi sampingan.

assassins creed shadows

Konsep side mission dalam Assassins Creed Shadows sebenarnya cukup menarik pada awalnya, di mana pemain diberikan daftar target yang tersebar di dunia permainan. Tidak ada pinpoint langsung ke lokasi target, melainkan diberikan petunjuk mengenai keberadaan mereka. Petunjuk ini pun tidak terlalu sulit dipecahkan, karena target dapat ditemukan dengan mudah setelah suatu wilayah terbuka. Jika pemain ingin lebih mempersingkat proses pencarian, ada juga mekanisme scout yang membantu menemukan lokasi spesifik dari target atau misi—gue akan membahas lebih lanjut tentang scout nanti.

Namun, meskipun konsepnya terdengar menarik, masalah terbesar muncul dari sifatnya yang sangat repetitif. Dengan lebih dari 10 jenis misi sampingan yang jika digabungkan memiliki lebih dari 100 target, pada akhirnya semuanya berujung pada hal yang sama: membunuh target. Pemain hanya perlu menerima misi, mendapatkan daftar target, menemukan lokasinya, dan menghabisi mereka—tanpa adanya variasi berarti dalam pendekatannya.

Bayangkan menghabiskan 80 jam permainan hanya dengan melakukan pembunuhan berulang kali. Tidak ada dinamika yang berarti dalam side mission ini, bahkan musuh-musuh dalam misi sampingan cenderung tidak memiliki cutscene atau adegan sinematik yang menarik. Tidak ada sesuatu yang terasa wah atau berkesan ketika berhasil mengeksekusi target-target ini. Hadiah yang diberikan juga tidak terlalu signifikan—biasanya hanya berupa senjata atau armor, tanpa adanya insentif tambahan yang benar-benar membuatnya terasa berharga.

Selain itu, target-target dalam side mission tersebar di berbagai wilayah, yang membuat pemain kesulitan menyelesaikan beberapa misi sekaligus secara efisien. Akibatnya, pemain sering kali harus bolak-balik ke berbagai lokasi yang berbeda, hingga terkadang lupa bahwa target yang sedang diburu sebenarnya berasal dari misi apa dan memiliki cerita seperti apa. Pada akhirnya, pengalaman ini membuat gue merasa seperti seorang hitman tanpa keterikatan emosional—tidak peduli siapa targetnya atau apa motif di balik misi tersebut, yang penting mereka harus dieliminasi.

Sayang sekali, dengan konsep main mission yang berfokus pada perburuan 12 orang misterius, side mission-nya justru memiliki konsep yang sama dan tidak memberikan kesegaran apa pun. Bahkan, side mission ini terasa lebih melelahkan daripada main mission-nya, karena pemain harus mencari target terlebih dahulu sebelum bisa mengeksekusinya. Alih-alih menjadi side mission, justru terasa lebih membebani dibandingkan misi utama.

assassins creed shadows

Tidak hanya side mission-nya yang repetitif, side activities-nya pun terasa kurang menyenangkan. Seolah dibuat dengan kurangnya kreativitas, side activities ini mencakup aktivitas seperti bersembahyang di kuil, mencari scroll, meditasi, menunggang kuda sambil memanah, hingga latihan pedang ala Dance Dance Revolution. Sayangnya, tidak ada satu pun dari aktivitas ini yang benar-benar seru. Sejak pertama kali menemukannya, gue sudah merasa bahwa aktivitas-aktivitas ini tidak memiliki daya tarik sama sekali.

Yang lebih disayangkan lagi, side activities ini terasa seperti kewajiban, bukan pilihan. Hal ini dikarenakan mereka memberikan knowledge points, yang diperlukan untuk membuka skill branch baru. Akibatnya, meskipun aktivitas ini tidak menyenangkan, pemain tetap dipaksa untuk menyelesaikannya demi perkembangan karakter. Bagi gue, ini adalah contoh nyata dari side mission dan side activities yang dibuat dengan kurangnya inovasi.

Sungguh disayangkan, mengingat dunia Shadows begitu luas, penuh dengan berbagai landmark bersejarah dan kebudayaan yang kaya—bahkan diperkenalkan dalam alur ceritanya. Namun, alih-alih memanfaatkan kekayaan budaya ini untuk menghadirkan side activities yang beragam dan menarik, yang diberikan justru hanya aktivitas monoton yang tidak memiliki nilai hiburan.

Seharusnya, dengan potensi dunia yang begitu besar, Ubisoft bisa lebih kreatif dalam menawarkan side activities yang benar-benar menyenangkan. Misalnya, mengadakan aktivitas membuat matcha, melukis, berjudi, berendam di onsen, menonton teater, memancing, menebang pohon, membuka salon, berdagang mochi, atau aktivitas budaya lainnya. Setidaknya, berikan variasi yang lebih menarik daripada sekadar membunuh orang atau menjadi kurir yang hanya mengantarkan barang.

Dengan adanya engine baru dan status Assassins Creed Shadows sebagai era baru dalam franchise ini, sangat disayangkan jika yang benar-benar baru hanya sebatas visualnya saja. Ubisoft seharusnya bisa menghadirkan sesuatu yang lebih inovatif dan segar, bukan sekadar mengulang formula lama dengan balutan grafis yang lebih indah.

assassins creed shadows

Gue sudah mencari ke berbagai penjuru dunia Assassins Creed Shadows, namun benar-benar tidak menemukan side activities atau mini games yang seru sama sekali. Ini adalah aspek yang harus diperbaiki ke depannya. Sayang sekali, dunia yang sudah begitu indah ini justru terasa seperti tempat untuk sekadar napak tilas tanpa ada aktivitas menyenangkan yang bisa dilakukan di dalamnya. Pada akhirnya, hiburan utama gue hanyalah berjalan-jalan menikmati pemandangan.

Bahkan, satu-satunya cara lain untuk menikmati dunia ini, yaitu photo mode, pun terasa kurang maksimal. Photo mode yang disediakan tidak memungkinkan pemain untuk mengganti pose atau mengubah ekspresi wajah karakter, sehingga eksplorasi fitur ini pun menjadi kurang seru. Gue berharap bahwa di gim berikutnya, Ubisoft benar-benar memberikan lebih banyak aktivitas menarik, apa pun dan di mana pun latar tempatnya.

Dynamic Season, Angin Segar untuk Seri Assassin’s Creed

Satu hal baru yang benar-benar terasa segar dalam Assassins Creed Shadows adalah Dynamic Season, yang diimplementasikan dengan cukup epik. Mereka tidak memberikan kebebasan kepada pemain untuk mengganti musim secara sesuka hati, melainkan memaksa pemain untuk menikmati dan merasakan setiap musim dalam durasi tertentu sebelum akhirnya bisa menggantinya secara manual. Namun, pada akhirnya gue lebih memilih menunggu pergantian musim secara otomatis karena perubahan musimnya menggunakan cutscene, bukan berlangsung dalam waktu nyata. Tidak menutup kemungkinan, di masa mendatang fitur ini bisa berkembang menjadi lebih real-time.

assassins creed shadows

Satu saran lain dari gue, dengan dunia yang begitu luas, Shadows seharusnya sudah membutuhkan super fast travel seperti yang ada di Spider-Man. Bayangkan jika mereka memasukkan side mission dan side activities yang beragam seperti dalam seri Yakuza, serta menambahkan super fast travel seperti Spider-Man, pasti gim ini akan jauh lebih menyenangkan untuk dimainkan dalam jangka panjang.

Untuk menyelesaikan gim ini secara 100% completion, setidaknya pemain membutuhkan waktu sekitar 100 jam. Sayangnya, pukulan terbesar bagi Assassins Creed Shadows adalah kegagalan mereka dalam memanfaatkan budaya dan dunia yang luas serta indah ini untuk menghadirkan sesuatu yang lebih dari sekadar membunuh musuh dan menjalankan side activities yang sama sekali tidak memberikan kesenangan.

Satu-satunya aspek yang sedikit menghibur gue mungkin adalah fitur pembangunan base. Di sini, kalian bisa memajang armor, menata koleksi, memasang lukisan, memelihara hewan, serta menanam pohon kosmetik. Namun, sistem pembangunan ini masih sangat terbatas. Meskipun begitu, setidaknya ada sesuatu yang bisa dilakukan untuk sedikit mengalihkan pikiran dari peran sebagai seorang pembunuh berantai.

Segar Banget Jepangnya, Melelahkan pada Akhirnya

assassins creed shadows

Secara keseluruhan, Shadows menghadirkan dunia yang luar biasa indah dengan dynamic season yang benar-benar menjadi game-changer dalam tampilan lingkungannya. Gue akui, Anvil Engine mampu menghasilkan dunia yang sangat cantik. Selain itu, gim ini tetap mempertahankan sistem combat dan stealth khas Assassin’s Creed, dengan tambahan beberapa senjata baru seperti kusarigama serta dua karakter yang memiliki gaya bermain dan sistem traversal yang berbeda.

Namun, karena Assassins Creed Shadows memiliki durasi yang panjang dan dunia yang sangat luas untuk dijelajahi, sayangnya side mission dan side activities justru terasa sangat repetitif dan melelahkan. Tidak jarang gue termenung di map, kebingungan menghitung sudah berapa banyak musuh yang harus gue bunuh. Kadang gue sampai berpikir, “Dosa sekali rasanya, membunuh orang terus tanpa ada hiburan lain dalam hidup gue di dalam gim ini.”

Eksplorasi pun semakin terasa membosankan karena sistem berkuda yang kurang responsif—terkadang terasa aneh jika menabrak sedikit saja, laju kuda bisa terganggu. Selain itu, perjalanan panjang yang diwarnai tanda tanya di map sering kali hanya berujung pada penemuan landmark. Di awal permainan, gue masih menikmati melihat kuil-kuil bersejarah yang indah, tetapi lama-kelamaan, setelah jauh-jauh mendatangi tanda tanya di peta, gue hanya bisa berkata, “Yah, kuil lagi.”

Tentu, Assassins Creed Shadows bukanlah gim yang sempurna. Namun, jika kalian sudah lama mengikuti seri Assassin’s Creed, mungkin kalian bisa bertahan dengan konsep repetitif khas Assassin’s Creed yang sudah ada sejak lama. Gue berharap ada perubahan besar dalam iterasi kali ini, tetapi pada akhirnya, secara mekanik, gim ini masih terasa sama saja seperti sebelumnya.

Untuk ulasan versi video, silakan tonton selengkapnya di bawah:

Gimana pendapat kalian tentang Assassins Creed Shadows, guys?


Ikuti kabar-kabar terbaru dari The Lazy Monday melalui:
Youtube Instagram X | Tiktok