Jakarta, 19 Mei — Kali ini kami diberi kesempatan untuk mencoba sebuah gim indie dari 7QUARK yang berjudul Yasha Legends of Demon Blade, sebuah gim action roguelike yang mirip dengan gim Hades dari Supergiant Games!
Penasaran gimana ulasan gim ini? Simak selengkapnya di bawah!
Diulas oleh Teo Ariesda
Untuk versi PC
Angkat Cerita yang Berbeda-beda dengan Tiga Karakter Utama

Yasha Legends of Demon Blade mengusung genre action rogue-like yang cukup mirip dengan Hades dari Supergiant Games. Bahkan secara keseluruhan, gim ini memiliki banyak kemiripan dengan gim tersebut. Perbedaannya, dalam gim ini dihadirkan tiga karakter berbeda—yakni Shigure, Sara, dan Taketora—yang masing-masing memiliki narasi tersendiri. Beberapa di antaranya bahkan memiliki nama dan peran yang berbeda, meskipun tetap membawa benang merah cerita yang serupa. Ketiga karakter ini bisa kalian pilih setiap kali memulai playthrough baru.
Sama seperti Hades, Yasha: Legends of Demon Blade menyajikan progres cerita setiap kali pemain berhasil menyelesaikan satu run hingga melawan Final Boss. Namun, sebaiknya jangan berekspektasi terlalu tinggi, karena sistem randomizer di gim ini sangatlah minimal jika dibandingkan dengan Hades. Di sini, kalian tidak akan menemukan dialog-dialog unik dari NPC setiap kali mencapai progres tertentu.
Dari segi cerita, saya mengapresiasi pihak pengembang yang telah menyajikan narasi berbeda untuk tiap protagonis, meskipun tetap menggunakan karakter-karakter yang sama untuk peran yang berbeda. Setidaknya, mereka menawarkan elemen replayability melalui ketiga karakter protagonis yang memiliki tampilan dan gaya yang berbeda satu sama lain. Walaupun masih memakai aset karakter yang sama, cerita, cara penyampaian, dan peran tiap karakternya dibuat berbeda untuk memberikan kesan yang cukup segar.

Secara keseluruhan, cerita yang disuguhkan cukup menarik untuk diikuti. Khususnya setelah menyelesaikan satu karakter, kalian akan dibuat penasaran dengan seperti apa dialog atau adegan yang akan muncul di bos tertentu saat menggunakan karakter lain. Namun, kembali lagi, sebaiknya jangan terlalu berekspektasi tinggi dan berharap storytelling-nya akan sekompleks atau sehidup Hades, karena pendekatan yang digunakan dalam gim ini memang berbeda.
Action Roguelike Ala-ala Hades tapi dalam Kemasan Sachet
Simpelnya, core gameplay dari Yasha: Legends of Demon Blade sangat mirip dengan Hades dan kebanyakan gim action roguelike lainnya. Kalian diminta untuk menyelesaikan beberapa stage; mengalahkan boss di tiap stage ketiga; melakukan healing atau membeli aksesori, makanan, atau menyelesaikan challenge untuk mendapatkan buffs di rest area; dan akhirnya melawan Final Boss untuk melanjutkan progres cerita.

Hal yang sangat membedakan gim ini dengan Hades adalah minimnya elemen randomizer di setiap stage. Ini yang sebenarnya membuat saya kurang sreg dengan gim ini. Di saat Hades—dan mungkin sebagian besar gim roguelike lainnya—hadir dengan berbagai macam elemen acak mulai dari desain stage, boon atau buff-nya, hingga kemunculan berbagai objek kejutan di stage yang membuat gameplay tidak terasa repetitif, Yasha: Legends of Demon Blade justru sebaliknya. Randomizer di sini hanya berlaku pada ability senjata yang digunakan dan beberapa pilihan di rest area.
Setiap stage akan terus berulang dengan visual, desain level, bahkan posisi musuh yang sama untuk ketiga karakter di setiap stage. Hal yang menjadi pembeda tiap kali kalian berhasil menyelesaikan run hingga melawan Final Boss dan melanjutkan ke bagian cerita berikutnya hanyalah banyaknya HP dan besarnya damage yang dihasilkan oleh musuh. Jadi, kemungkinan besar kalian akan merasa bosan dengan core gameplay yang ditawarkan oleh gim ini.

Paling tidak, yang masih dipertahankan adalah berbagai kemampuan pasif yang bisa kalian dapatkan dengan menukar currency yang di-drop oleh musuh, atau melakukan upgrade senjata ke level selanjutnya untuk meningkatkan efek dari senjata tersebut. Selain itu, gim ini benar-benar merupakan versi yang terasa lebih ringan atau tone-down dari Hades.
Beda Karakter, Beda pula Playstyle-nya
Secara combat, jika melihat dari footage yang saya bagikan dalam ulasan ini, seharusnya kalian sudah bisa menyimpulkan bahwa gim ini memang cenderung lebih mudah dibandingkan Hades. Saya, yang bahkan belum berhasil menamatkan Hades untuk pertama kalinya—meskipun lebih karena belum lanjut bermain lagi—bisa menyelesaikan gim ini.

Selain perbedaan dalam cerita, ketiga protagonis dalam gim ini juga memiliki senjata dan gaya bermain yang berbeda-beda. Shigure di sini mengingatkan kita pada pendekar pedang Nichirin dari seri anime Kimetsu no Yaiba, dengan katana sebagai senjata utama. Sara dibekali dua buah pedang dan memiliki serangan yang cepat dengan memanfaatkan dash, sedangkan Taketora menggunakan serangan jarak jauh dengan busur panah serta melee attack.

Memang, Yasha: Legends of Demon Blade hanya memberikan satu tipe senjata utama untuk tiap karakter, tetapi mereka mengambil pendekatan berbeda melalui berbagai jenis senjata yang bisa dibuka dan digunakan. Setiap jenis senjata ini memiliki passive ability tersendiri dan hadir dalam berbagai opsi yang dapat disesuaikan dengan playstyle kalian. Keberagaman ability yang bisa dipilih juga memberikan kepuasan tersendiri, apalagi saat berhasil menemukan build yang tepat.
Saya pribadi sangat menyukai pedang api dan air milik Shigure karena efeknya sangat membantu dalam menghabisi banyak musuh sekaligus. Namun, untuk urusan karakter, rasanya Sara adalah yang paling mantap, karena serangan cepatnya mampu meng-obliterate musuh dengan sangat efektif. Saya pun lebih cepat menyelesaikan cerita dari Sara dibandingkan dengan Shigure.
Boss Fight yang Cenderung Mudah Dikalahkan
Untuk boss fight-nya sendiri, sepertinya kalian tidak akan membutuhkan waktu lama untuk beradaptasi. Secara keseluruhan, pertarungan melawan boss dalam gim ini terbilang cukup mudah untuk dikalahkan, bahkan hingga Final Boss-nya sekalipun.

Satu-satunya alasan kalian bisa kalah kemungkinan besar adalah karena HP yang sudah menipis saat mencapai boss, biasanya akibat bermain terlalu sembrono atau terburu-buru menyelesaikan stage maupun pertarungan. Selain itu, kekalahan juga bisa terjadi karena kurang memahami mekanik dari karakter tertentu. Misalnya, Taketora yang memang tidak bisa langsung melakukan dash setelah melepaskan anak panah.
Pada intinya, tidak ada boss fight dalam gim ini yang sesulit pertarungan melawan boss di Hades. Jadi, kalian tidak perlu khawatir terhadap tingkat kesulitan gim ini secara umum.
Tingkat Kesulitan yang Lebih Rendah dengan Keberadaan Rest Area Tiap Kalahkan Boss

Di saat Hades memberikan Rest Area tergantung dari ruangan yang muncul secara acak, dalam gim ini kita akan selalu diberi semacam rest area yang otomatis dikunjungi setelah berhasil mengalahkan boss. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, di rest area ini kalian bisa melakukan healing, membeli aksesori, makanan, atau menyelesaikan challenge untuk mendapatkan buffs.
Hal ini yang membuat Yasha: Legends of Demon Blade terasa lebih mudah, karena kalian selalu diberikan jeda atau “nafas tambahan” setiap kali berhasil mengalahkan boss. Belum lagi buffs yang diperoleh melalui challenge juga sangat membantu dalam meningkatkan kemampuan tempur setiap karakter, dengan berbagai pilihan menarik yang ditawarkan.
Namun perlu diingat, hanya dua fitur yang sudah pasti ada di Rest Area, yaitu Healing dan Challenge. Sementara penjual aksesori, makanan, dan skill akan muncul secara acak.
Hadirkan Tantangan Lebih di Post-Game Lewat Hell Floor
Buat kalian yang mencari tantangan lebih, tidak perlu khawatir, karena setelah menyelesaikan tiga progres cerita, akan terbuka sebuah tantangan baru dengan menaik-turunkan elemen tertentu agar gim ini terasa lebih sulit, sekaligus memungkinkan kalian untuk mendapatkan resource post-game yang bisa digunakan untuk upgrade senjata.

Ya, tiga progres sebelumnya itu masih berada di Mortal Realm, atau tingkat kesulitan standar. Mode tantangan ini hadir dengan nama Hell Floor, dan bisa kalian utak-atik tingkat kesulitannya melalui slider yang disediakan—mulai dari jumlah musuh, damage yang mereka hasilkan, hingga berbagai matriks lainnya. Menurut saya, ini adalah fitur yang mampu menambah replayability, terutama setelah menyelesaikan ketiga cerita karakter dan ingin bermain kembali dengan karakter favorit kalian.
Walaupun pada akhirnya desain level dan boss-nya masih sama seperti sebelumnya, Hell Floor yang memungkinkan pengaturan tingkat kesulitan secara manual ini menjadi fitur post-game content yang cukup baik untuk menambah nilai replayability gim ini.
Hades Kemasan Sachet yang Medioker

Memang, secara keseluruhan, kekurangan gim ini berfokus pada core gameplay-nya yang tidak semewah Hades dengan berbagai elemen randomizer-nya. Terlebih lagi, pengulangan stage yang sama tanpa variasi randomizer kemungkinan besar akan membuat kalian cepat merasa bosan saat memainkan gim ini.
Namun demikian, Yasha: Legends of Demon Blade tampaknya akan cocok bagi kalian yang ingin memainkan gim dengan genre serupa, tetapi dengan tingkat kesulitan yang lebih rendah.
Bagi kalian yang ingin mencoba gimnya, 7QUARK telah menyediakan versi demo-nya di Steam. Kalian bisa mengaksesnya melalui tautan berikut: https://store.steampowered.com/app/2169950/Yasha_Legends_of_the_Demon_Blade/
Gimana pendapat kalian tentang informasi ini, guys?
Ikuti kabar-kabar terbaru dari The Lazy Monday melalui:
Youtube | Instagram | X | Tiktok