Jakarta, 4 Februari — Kali ini kami kembali diberi kesempatan untuk mengulas gim terbaru dari Bandai Namco Entertainment yang berjudul Freedom Wars Remastered.
Freedom Wars Remastered adalah versi remastered-nya yang dirilis pada konsol handheld PS Vita tahun 2014 lalu. Dan karena dulu aku belum memainkan versi originalnya di konsol itu dulu, jadinya ulasanya akan menganggap gim ini sebagai gim baru.
Penasaran gimana ulasannya? Simak selengkapnya di bawah!
Diulas oleh Teo Ariesda
Untuk versi PS5
Freedom Wars Remastered Angkat Konsep Masa Tahanan 1 Juta Tahun dan Dipaksa Sumbang untuk Kebaikan Bersama Sejak Lahir

Freedom Wars berlatar di Bumi tahun 102014, di mana permukaan planet hancur dan manusia hidup di kota bawah tanah bernama Panopticon. Sebagai negara-kota yang menjamin keamanan, Panopticon memaksa penduduknya untuk berkontribusi, dengan semua orang yang lahir otomatis dianggap bersalah atas “kejahatan hidup” dan diberi hukuman awal 1.000.000 tahun.
Narapidana wajib bekerja untuk negara dengan melawan monster raksasa bernama Abductor demi mengurangi hukuman mereka, sambil diawasi android bernama Accessory. Jadi, sesuai judulnya, orang-orang di sini saling berperang buat mendapatkan kebebasan.
Premis cerita yang bikin para sinners berhutang buat mengabdi dan mengumpulkan resource material untuk greater good sih konsep yang menarik banget ya. Angka yang ditampilkan di atas karakter kita jadi patokan progres sisa hukuman bikin selalu ke-hook buat mengurangi jumlah hukuman kalian.
Sebenarnya di Monster Hunter juga menerapkan Hunter Rank dan Master Rank yang mengakomodasi ini. Tapi karena angkanya ga terlalu besar, perlu mengakses menu buat mengetahuinya, dan ga terasa kontribusinya bagi lingkungan sekitar sih bikin hutang para sinners ini jadi konsep yang lebih menarik meskipun sebenarnya konsepnya mirip-mirip.
Sayang banget konsep masa tahanan ini ga di-elaborate lebih jauh lagi dan akhirnya cuma jadi angka doang karena sampe tamat pun juga ga ada signifikansinya pada perkembangan cerita. Bahkan, karakter utama yang mengalami amnesia ini juga ga ada konklusi khusus yang menjelaskan pentingnya narasi ingatan yang hilang tersebut. Dari apa yang aku baca dari forum gamefaqs yang membahas soal cerita Freedom Wars Remastered, semuanya sepakat bilang kalo ceritanya emang kurang bagus.
Mungkin kalian penasaran semisal masa tahanan kalian mencapai angka 0. Saya pun merasakan hal yang sama dan iseng menonton vidoenya di Youtube. Ternyata kalian cuma dapet kostum bikini doang buat karakter kalian dan untuk Aksesori kalian. Sungguh bukanlah sebuah reward yang appealing. Terlebih mendapatkan potongan masa tahanan melalui misi ini bukan sebuah hal yang sederhana. Jadi, apa yang kalian donasikan “for the greater good” ini jadi terasa ga ada artinya.
Tapi aku pribadi suka pas di awal-awal kita bakal terasa terkekang banget karena cuma sekadar tidur atau bertanya ke aksesor, masa tahanan kalian bisa saja bertambah karena kalian belum mempunyai izin buat melakukan hal itu. Hal ini juga berlaku buat resource-resource yang kalian dapatkan setiap misi juga akan langsung disumbangkan secara paksa, semisal izinnya belum mencapai level tertentu. Sebuah tambahan yang menarik dan bikini kita semakin merasa tersiksa saat di awal-awal. Konsep yang solid, sayang tidak tereksekusi dengan baik sampai akhir gim.
Grafis Cel-Shading yang Terasa Familiar
Secara grafis Freedom Wars Remastered membawa gaya cel-shading mengingatkan aku sama gim-gim dari Bandai yang lain seperti Scarlet Nexus, Tales series, atau God Eater. Jadi, meskipun ini bukan seri yang familiar buatku pribadi, artstyle yang mirip ini langsung aku asosiasikan sama judul-judul itu dan jadi ga asing-asing amat sama Freedom Wars Remastered.
Selanjutnya karena ini remastered, tentunya grafisnya udah meningkat secara signifikan ketimbang versi originalnya yang rilis di platform PS Vita. Ya, standarnya gim-gim remastered aja, 4K dan 60 fps, pokoknya udah cukup banget buat konsol dan PC generasi sekarang.
Aku pribadi menyukai desain dari para citizens dan sinners, serta Abductors-nya. Cuma, agak disayangkan tampilan Abductors-nya ga terlalu berbeda secara signifikan selayaknya gim hunting lainnya. Paling pembedanya cuma di bagian senjata dan gimiknya aja. Kalo di total, Abductors yang ukurannya besar itu cuma ada empat jenis aja kalo di mode Story. Sedangkan kalau dibandingkan Monster Hunter atau God Eater, setiap monsternya tuh bener-bener unik, baik dari tampilan dan juga moveset-nya.
Eksplorasi yang Cukup Menjemukan, Untung Ada Fast-Travel
Bergerak dari satu area ke area lainnya juga semakin lama semakin menjemukkan. Untungnya di sini mereka menghadirkan fitur fast-travel ke lokasi-lokasi yang sudah terbuka waktu mencapai bab tertentu. Jadi, kalian ga perlu bolak-balik secara manual.
Setiap map yang dihadirkan sebetulnya lumayan menarik karena mirip-mirip God Eater yang lebih menunjukkan reruntuhan gedung atau fasilitas-fasilitas tertentu daripada alam seperti Monster Hunter.
Tapi ,setelah melihatnya berkali-kali sih rasanya sudah ga spesial lagi ya. Yah, ini memang bukan sebuah kekurangan yang major sih, karena fokusnya emang lebih ke menjalankan misi ketimbang ngeliatin map.
Mission-Based Seperti God Eater dan Monster Hunter untuk Berburu Abductors dan Selamatkan Citizens
Secara gameplay mirip sama God Eater dan Monster Hunter yang bersifat mission-based. Bedanya di sini bukan berburu monster, tapi para Abductors yang digunakan buat menculik orang-orang, dan juga rival dari dari Panopticon lain, buat memperlemah garda pertahanan musuh.
Setiap misi ada objektif yang terbagi menjadi tiga, antara meminta kalian buat menghancurkan abductors dengan berbagai bentuk, semacam capture the flag, atau menyelamatkan prajurit yang berhasil di-abduct atau culik musuh. Di sini juga menghadirkan misi stealth untuk chapter-chapter tertentu. Sebenernya ga terlalu sulit, tapi cukup menyebalkan karena merusak tempo dan ga make senses karena basicly kalian itu melanggar peraturan, tapi malah dapet reward berupa potongan masa tahanan.

Untuk eksplorasinya, di Panopticon dan The Warren ga terlalu menawarkan hal yang menarik. Cuma Black Market dan bar yang ga bisa ngapa-ngapain juga. Item di Black Market-nya, setelah memainkan beberapa jam, ternyata juga gitu-gitu aja. Paling cuma item penyembuh dan peralatan aja yang berguna buat misi. Kalo saat misi sendiri sebenernya cukup rewarding karena ada beberapa amunisi, healing item, dan peralatan yang tersebar buat restock.
Kemampuan Melucuti Anggota Tubuh Abductors yang Menarik
Hal yang bikin Freedom Wars Remastered menarik adalah kemampuan buat melucuti bagian tubuh abductors buat memperlemah serangannya atau membebaskan tawanan yang diculik. Semua ini tergantung bagian tubuh mana yang kalian serang dengan menggunakan sebuah skill khusus bernama Thorn yang terbagi menjadi tiga jenis, Attack, Shield, dan Heal.
Keberadaan thorn ini bener-bener memudahkan kita buat traversal, menyerang musuh, dan ability-nya juga useful buat battle, khususnya tipe Heal. Tanpa adanya Thorn, kalian bakal kesusahan buat mencapai area-area tinggi buat menyerang sniper atau robot terbang lainnya.
Opsi senjata yang sangat banyak dan bisa disesuaikan sama playstyle kalian juga jadi elemen tambahan menarik dalam Freedom Wars Remastered. Bahkan, dalam satu jenis senjata punya mekanik berbeda-beda yang bikin kalian tertarik buat nyobain semua senjatanya dan menentukan kira-kira senjata apa yang cocok. Aku pribadi sih lebih suka senjata Light Melee karena suka melucuti musuh, ditambah senjata jarak jauh buat menyerang musuh yang agak sulit dijangkau. Tapi roket, bazooka, sampai heat-seeking missile memang sangat menarik buat dicoba. Minusnya memang di pelurunya yang sangat terbatas aja sih.
Untuk kesempatan hidup yang diberikan tiap misi, sebenernya Freedom Wars cukup royal dengan memberikan kesempatan hidup hingga lima kali. Jumlah ini bahkan tidak dihitung semisal kalian bisa di-revive beberapa detik sebelum nyawa kalian benar-benar diangkat. Sayangnya, banyaknya nyawa dan kemudahan revive ini dibarengi dengan sebegitu gampangnya kalian mati saat terkena serangan musuh.
Kustomisasinya menurutku pribadi simpel buat meningkatkan matriks, menambah elemen, atau menambahkan module atau untuk senjata, serta boosting stat buat memperkuat karakter kalian. Agak disayangkan pengumpulan materialnya terbilang lumayan sulit karena buat resource tertentu ga dengan mudah didapatkan di area tertentu. Jadi, kalian harus rutin grinding di tingkat misi tertentu buat mendapatkannya. Tentunya ini cukup berbeda dengan Monster Hunter Wilds yang cenderung lebih mudah karena biasanya materialnya bisa didapatkan di monster-monster secara spesifik.
Premis Menarik yang Tidak Ter-Deliver dengan Baik

Masih sama seperti Synduality, menurutku Freedom Wars Remastered memiliki core loop yang terlalu repetitif dan monoton. Kalian bakal ketemu musuh berupa Abductor dengan moveset yang itu-itu aja. Paling hanya satu dua yang bentuknya bener-bener unik. Maksudnya, Monster Hunter yang bisa dibilang juga repetitif, seenggaknya tampilan monster-monster yang kita buru tuh bener-bener unik dan memiliki moveset yang berbeda-beda pula. Jadi, bisa memperkaya gameplay-nya dan pengumpulan resource-nya jadi ga terlalu terasa repetitif.
Di saat setiap stage-nya terasa menjemukkan, Freedom Wars Remastered juga ga banyak menghadirkan boss fight atau misi penutup sebagai klimaks sebelum naik ke tingkat–di sini disebut dengan CODE– selanjutnya. Tentunya ini berbeda dengan gim Monster Hunter dengan Urgent Quest-nya yang selalu menjadi penutup menarik di setiap level.
Final Boss-nya memang cukup fresh, tapi overall sih agak kurang yah untuk gim ini. Mungkin seharusnya lebih banyak konten yang bisa dihadirkan atau mungkin memang lebih banyak di post game seperti gim-gim hunting lain.
Freedom Wars Remastered tersedia di platform PS5, Xbox Series X|S, Nintendo Switch, dan PC.
Untuk ulasan versi video silakan tonton selengkapnya di bawah:
Gimana pendapat kalian tentang gim ini, guys? Apakah kalian tertarik untuk mencobanya?
Ikuti kabar-kabar terbaru dari The Lazy Monday melalui:
Youtube | Instagram | X | Tiktok