Hallo semuanya, selamat datang lagi di The Lazy Monday dan kali ini kami kembali berikan review game garapan People Can Fly, salah satu studio pembantu dibalik nama-nama game yang cukup besar mulai dari Bulletstorm, Gears Of War, Painkiller bahkan Fortnite, yang memang notabenenya adalah game berbasis tembak-menembak. Sehingga People Can Fly yang memang belum pernah menjadi studio utama dalam pengembangan game, menjadi studio utama untuk game Outriders ini. Tentu Outriders membuat banyak spekulasi, apakah game ini akan berhasil atau tidak. Tapi ada sedikit pandangan mencurigakan para penggemarnya saat tahu bahwa game ini berada di bawah Square Enix, Publisher yang sama yang merilis Avengers sebagai game grinding namun gagal menepati janjinya sebagai game jangka panjang yang bisa konsisten memberikan pengalaman menarik. Jadi apakah yang mengusung tema looter-shooter grinding keras mampu memberikan pengalaman yang baik? Mari kita langsung masuk ke review Outriders nya.
Secara mendasar, game Outriders memiliki cerita yang cukup standard, tidak terlalu baru dan tentunya bukan sebuah cerita yang menyegarkan kita para gamer. Ceritanya cukup generik yaitu soal bumi yang hancur karena ulah manusia sendiri, lalu sebagian manusia yang beruntung pergi dari bumi dengan menggunakan pesawat luar angkasa bernama Flores dan mencari planet baru untuk ditempati yang bernama planet Enoch. Tapi tentunya seperti yang sudah kita duga bahwa planet tersebut punya misteri yang sangat berbahaya untuk manusia dan ada sebuah bencana alam yang memiliki dua konsekuensi kepada manusia, yaitu mati atau bertransformasi menjadi seorang Altered alias memiliki kemampuan superpower. Ceritanya akan bermulai dari titik karakter kita berubah menjadi altered dan terbangun dari cryopod, 31 tahun pasca pendaratan ke planet Enoch yang ternyata setelah 31 tahun lamanya planet tersebut sudah kacau dan terjadi perang antara manusia untuk memperebutkan sumber daya dan kekuasaan.
Dari segi cerita, dapat dikatakan cukup menarik perhatian di titik awal, tapi menjadi tawar di babak pertengahan dan juga ending. Ceritanya sendiri tidak mampu membawa simpati kepada karakternya masing-masing, para karakternya seakan kehilangan pesonanya untuk bisa mengikat para player, ditambah dengan facial gesture yang cukup aneh membuat para karakternya kurang bisa attach kepada kita sebagai pemain, alurnya pun terkesan berantakan karena tidak berhasil memperkenalkan tiap karakter secara detail dan juga backgroundnya. Sehingga kami hampir tidak ada rasa peduli sedikitpun terhadap karakternya, itulah yang membuat game ini menjadi kosong rasanya saat ceritanya berakhir secara cukup menggantung dan tidak selesai seutuhnya seakan memberi tanda akan adanya sekuel.
Karakter utamanya juga tidak mempunyai pesona menarik, ditambah lagi karakternya adalah buatan para playernya sendiri, menambah kesan bahwa nantinya game tidak akan memiliki karakter yang dapat dikenang di masa mendatang. Berbeda dengan Mass Effect yang memang memiliki tema sama yang berhasil membuat karakter utama yang dibuat serta para karakter pendamping dan berbagai keputusan krusialnya mampu membuat playernya sangat terikat dengan para karakternya yang berhasil dibangun secara emosional. Jadi intinya kalian tidak akan peduli dengan ceritanya, kalian tidak akan peduli dengan endingnya, terlebih lagi kalian juga tidak akan peduli dengan karakternya mati. Dengan playhour yang cukup panjang, game ini mengandalkan logs dan dokumen panjang yang perlu kalian baca untuk mengerti betul mengenai cerita dan background dari gamenya yang banyak dari para pemain cukup malas dalam membaca dokumen seperti ini.
Secara mendasar, cerita dari game ini tidak akan semewah dan semegah game-game bertemakan sci-fi lainnya yang kalian kenal, jadi lupakanlah mengenai jalan cerita, karena pada tahap end game kalian tidak akan peduli lagi dengan ceritanya, bahkan kalian akan skip ceritanya.Berbeda dengan jalan ceritanya, secara gameplay justru cukup menarik untuk dinikmati dengan kepala terbuka tanpa mencoba mengkomparasi dengan game-game sejenis. Movement arcade dan casual hampir tidak ada bobot yang memang di design untuk bisa bermanuver dengan lebih cepat karena memang jumlah musuh dalam game ini sangat banyak di setiap levelnya dengan serangan area yang cukup luas, sehingga butuh movement karakter yang cukup cepat tanpa menyematkan stamina untuk sprint dan gerakan lainnya untuk memperingan nilai frustrasi di game ini.
Outriders juga membagi karakter ke beberapa kelas pada babak awal untuk menentukan minat kita, ada Pyromancer yang mengutamakan skill dengan darah yang rendah, ada Technomancer yang mengutamakan peralatan untuk area yang lebih banyak bertugas untuk mengakselerasi damage, lalu ada Devastator yang berperan sebagai tanker dengan skill yang lebih menitikberatkan kepada damage absorbing, dan juga Trickster yang jadi kelas cukup seimbang di defense dan juga attacknya sebagai hit & runner. Jadi kalau berbicara soal kelas, rasanya Outriders sudah cukup mengakomodasi kebutuhan dan ragam playstyle yang biasa diminati oleh para gamers, dan kebetulan komposisi skillnya juga sangat mumpuni dan memang sangat cocok digabung satu sama lain untuk mengampifikasi setiap serangan dan mempermudah dalam proses membunuh musuh yang punya porsi darah cukup tebal. Skill eksklusif masing-masing kelas menurut gue juga cukup segar secara visual walaupun secara fundamental yah standart-standart aja, tapi memang jika dipadukan secara bersamaan bakal ada damage yang sangat besar.
Tapi selain kelas yang dibagi dengan baik dan juga visual skill yang cukup menarik untuk dilihat, game ini memiliki skill tree yang cukup intiutif, secara mendasar skillnya dibagi menjadi 3, ada yang lebih ke arah damage untuk mereka yang bermain solo, ada yang lebih ke durability dan ada juga yang lebih ke damage dari skill. Menariknya disini Outriders hanya memberikan 20 skill points selama perjalanan cerita game ini dan kita selalu bisa mereset kapanpun model playstyle kita kapanpun kita mau dan dibutuhkan karena memang perubahan skill tree ini seringkali akan dibutuhkan jika kita bermain sendiri, duo, ataupun trio, jadi sebuah keputusan yang baik saat kita dibebaskan untuk mengubah skill tree placement kita kapanpun itu, khususnya untuk bisa menyatu dengan karakter berkelas berbeda. Pembatasan 20 skill point juga menjadi bentuk balancing yang sangat baik supaya agar karakter yang player gunakan tidak terasa overpowered.
Yang menarik lagi bagaimana Outriders mencoba cocok dengan semua tipe pemain, para pemain casual yang hanya ingin mengerti cerita dan shooting secara moderat dan tentunya untuk bisa cocok dengan mereka yang memang pecinta grinding layaknya Monster Hunter. Untuk bisa seperti itu Outriders menyediakan sistem World Tier, alias tingkat kesulitan yang sejajar dengan loot items percentage yang kalian dapatkan. Sebuah hal yang cukup cerdik untuk menyematkan World Tier ini, agar para pemain solo bisa tetap menyelesaikan game ini tanpa harus frustrasi dengan ketebalan dan sakitnya serangan para musuh di tier tinggi. Jadi secara fungsional kalian dapat menurunkan World Tier jika terasa World Tier tersebut terlalu sulit untuk diselesaikan, dan world tier pun sistemnya akan meningkat secara otomatis sejalan dengan progress grinding selama perjalanan ceritanya. Intinya makin tinggi world tier kalian, makin tinggi juga untuk kalian mendapatkan equip legendary yang tentunya memiliki MOD dan serangan yang jauh lebih baik.
Bebricara mengenai MOD sendiri dapat dikatakan cukup sama dengan game-game lain yang memiliki efek berbeda-beda terkait kondisi yang kita hadapi, dan MOD nya juga memiliki 3 tingkat kelangkaan yang tentunya kelangkaan tingkat 3 memiliki efek yang sangat signifikan terhadap serangan dan permainan kalian nantinya. Intinya secara mekanik Outriders cukup matang untuk bisa menjadi game grinding, bukan karena senjatanya yang super rewarding di akhir misi tapi justru tingkat kesulitannya di tier tinggi yang sangat memuaskan jika kita berhasil menyelesaikannya secara sempurna dan memang tingkat kesulitan dan porsi musuh yang ramai inilah yang menjadi titik pesona dari Outriders ini.
Seharusnya People Can Fly selaku developer menjadikan game ini sebagai game multiplayer grinding sedari awal tanpa perlu membawa mebel-embel cerita, karena memang ternyata potensi dan keasikan game ini baru terbuka di endgame alias setelah story modenya berakhir yang dinamakan sebagai fase expedition, dimana disini kalian akan mengalahkan serangkaian musuh dengan waktu terbatas untuk bisa mendapatkan loot tinggi sembari meningkatakan tiernya hingga kalian dapat masuk ke misi terakhirnya di eye of the storm, fase inilah dimana game ini memiliki potensi untuk bersinar, karena memang musuhnya sendiri jauh lebih brutal dibandingkan mode storynya yang cukup membosankan. Expedition sendiri terasa seperti sebuah redemption dari story mode yang membosankan dengan variasi side mission yang kurang berarti.
Tapi sayangnya mode expedition ini dan proses grinding yang cukup mengasikan buat dilakukan bareng-bareng dengan temen tidak berjalan mulus dengan permasalahan server dari game ini yang seringkali memutuskan koneksi, selain itu banyak juga permasalahan lain, mulai dari karakter yang tiba-tiba kehilangan semua itemnya, progress misi yang terhambat, hingga sulitnya untuk bergabung dengan teman. Tapi setidaknya dengan permasalahan server game ini, People Can Fly cukup berhasil membuat game grinding yang komprehensif karena jumlah musuhnya dengan banyak variasi, dengan musuh yang dinamis hingga senjata-senjata langka yang cukup sulit untuk didapatkan dalam proses yang singkat, skill tree dan kelas yang dinamis yang bisa diubah sesuai kebutuhan.
Untuk konklusi dari review Outriders ini, game ini baru kalian dapat nikmati pada fase endgame, karena kalian dapat mencoba komposisi senjata dan juga mod dengan baik disini apakah bisa membunuh para musuh tebal yang berkeliaran. Untuk jalan cerita sendiri kalian mungkin akan kurang tertarik, apalagi boss yang muncul terkesan ada untuk menambah playing hour dari game saja. Untuk kalian pecinta game grinding, nampaknya game satu ini akan cocok untuk menghabiskan waktu kalian dengan loot dan juga eskalasi level yang juga signifikan.
Reviewed by: Rivaldo Santosa
Untuk Review Outriders secara audio visual, kalian dapat menyaksikannya dibawah ini: