Tahun 2017 bisa dibilang sebagai tahun di mana genre horror mendominasi box office. Film-film seperti Get Out, Split, dan It yang belum lama ini rilis meraup keuntungan besar dari penayangannya di seluruh dunia. Tak heran, produser Jason Blum melalui Blumhouse Productions yang memproduksi The Purge dan dua film pertama yang disebutkan di atas kembali lagi dengan film horor komedi bertajuk Happy Death Day.
Rumah produksi yang identik dengan film horror low-budget ini, dimulai dengan Paranormal Activity (2009), seolah ingin merangkul pasar lebih luas lagi dengan cakupan umur yang lebih rendah, yaitu PG-13. Blumhouse Productions selama ini sukses dengan horror atau thriller dengan rating dewasa.
Premisnya cukup menarik: Seorang mean girl kampus bernama Theresa “Tree” Gelbman (Jessica Rothe, muncul sebentar sebagai teman tokoh Mia di La La Land) bangun tidur di hari ulang tahunnya lalu dibunuh oleh pembunuh bertopeng maskot—proses tersebut dialaminya berulang kali hingga ia mengetahui siapa yang membunuhnya. Tokoh utama yang menjalani hari yang sama berulang kali adalah premis dari film komedi legendaris Groundhog Day (1993), yang dibintangi oleh Bill Murray. Judul film ini bahkan dijadikan referensi dalam dialog Carter (Israel Broussard), teman kencan Tree yang kamarnya menjadi lokasi di mana Tree terbangun berkali-kali setelah dibunuh.
Setelah kematian pertama dan kedua, pembunuhan Tree berubah menjadi running gag, yang diarahkan dengan apik oleh sutradara Christopher B. Landon. Apapun usaha yang dilakukannya untuk mengungkap pembunuhnya, Tree dibunuh dengan cara yang berbeda. Namun, karena Tree menjalani hari ulang tahunnya berulang kali, penonton pun bisa semakin menerka siapa pembunuh sebenarnya. Film ini terasa seperti Groundhog Day digabung dengan seri film Scream, menyajikan ketegangan dan tawa. Namun untuk penggemar berat film horror atau thriller, bersiaplah untuk kecewa. Untuk sebuah film dengan pembunuhan sebagai plot utamanya, Happy Death Day sangat tidak “berdarah”.
Kelemahan pada naskah yang ditulis oleh penulis komik Scott Lobdell terasa di adegan yang tipikal, seperti ketika Tree berjalan menyusuri lorong gelap atau sendirian di kamar asramanya. Penonton pun baru tahu kalau Tree semakin lemah setelah berulang kali mengalami kematian, yang ditampilkan melalui penjelasan yang serba nanggung.Meskipun ada kelemahan di sana-sini, Jessica Rothe memerankan Tree dengan sangat baik. Ia berhasil menampilkan perkembangan karakter Tree dari menyebalkan hingga menjadi lebih peka dengan orang-orang di sekitarnya, setelah setiap kematiannya.