Salah satu dari sekian banyaknya franchise mecha yang tak pernah lekang dimakan waktu. Mobile Suit Gundam seakan tidak pernah absen untuk selalu mengisi setiap lini bentuk dari dunia hiburan. Mulai dari manga, anime, game hingga yang paling luar biasa tentunya proyek pembuatan dari Gundam sendiri dalam skala 1:1. Namun pada kesempatan kali ini, kita tidak akan membahas mengenai proyek tersebut, melainkan mengulas mengenai game terbaru dari Mobile Suit Gundam yang dikembangkan oleh B.B. Studio dengan naungan publishing dari Bandai Namco, yaitu Mobile Suit Gundam Battle Operation: Code Fairy.
Disclaimer diawal bahwa ulasan ini lahir dari seseorang yang tidak begitu akrab dengan franchise Gundam dan belum pernah memainkan seri-seri Mobile Suit Gundam Battle Operation sebelumnya.
Kisah Inferior dari Kacamata Zeon
Mobile Suit Gundam Battle Operation: Code Fairy – yang selanjutnya akan kita singkat Code Fairy, merupakan iterasi dari salah satu judul lini game Gundam, yakni Mobile Suit Gundam Battle Operation. Code Fairy membawa kita mengetahui sisi lain cerita dari kubu Principality of Zeon dimana terdapat suatu unit rahasia bernama “Noisy Fairy” yang berjuang dengan misi mereka sendiri dikala faksi Zeon sedang dalam keadaan terpuruk melawan Earth Federation di timeline “One Year War”.
Dari premis cerita, Code Fairy menghadirkan kisah yang sepenuhnya baru tanpa memiliki keterikatan berarti dengan cerita Gundam lainnya, terlebih dengan kisah kala “One Years War”. Keputusan ini menjadikan ceritanya sangat mungkin untuk dijamah pendatang baru maupun veteran dari franchise Gundam. Code Fairy sendiri dibagi menjadi beberapa chapter dimana ulasan game berikut hanya mencakup volume pertama dari Code Fairy yang berisikan lima chapters. Volume 2 dan 3-nya baru akan rilis di bulan November – Desember mendatang mencakup chapter 6-10 dan chapter 11-15. Sangat sulit untuk memberikan ulasan akhir dari segi cerita dikarenakan format episodik-nya menempatkan Code Fairy di kondisi cerita yang belum utuh.
Tetapi bila diperbolehkan untuk membahas sekedar dari cerita pada volume 1 Code Fairy, pacing yang dibawa terasa cukup cepat dengan time skip di setiap perpindahan chapter-nya. Pacing seperti ini melahirkan kesan bahwa tidak ada korelasi berarti pada chapter satu dengan yang lain. Karakterisasi dari setiap tokoh yang hadir pun sedari awal sudah kental dengan kesan jenaka. Faktor ini menyebabkan penempatan plot yang serius dan mencekam jadi tidak mampu untuk menjalakan tugas dengan semestinya.
Penyampaian cerita secara keseluruhan pun terbilang sangat ringan. Penempatan trivia sebagai bukti eksistensi plot Code Fairy di timeline “One Year War” pun masih berada di level yang cukup ringan sehingga pendatang baru pun masih dapat memahaminya dengan sekedar mencari di intenet. Pujian untuk pengisi suara pun diperuntukan untuk nama-nama besar yang mengisi Code Fairy seperti Sakura Ayane dan Kana Ueda. Sisanya? Tidak terlalu memberikan impresi yang mengesankan dari akting suaranya.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa cerita adalah fondasi yang membangun game ini. Bila bisa dianalogikan, Code Fairy tak ubahnya anime yang dapat dimainkan. Hadir dengan format episodik lengkap dengan lagu pembuka dan penutup dilengkapi animasi dan cerita yang sangat mendominasi keseluruhan game ini mengalahkan sesi permainan kita untuk berkesempatan adu tempur Mobile Suit. Terlebih dengan keputusan untuk menjadikan suatu grup berisikan hanya perempuan sebagai poros utama cerita memberikan kecenderungan fanservice yang membuat Code Fairy dirasa memang memiliki itensi untuk berjualan daya tarik waifu.
Versi Gadis dari Battle Operation 2
Masuk ke pembahasan sesi baku hantam Mobile Suit di Code Fairy, kita akan selalu dibawa ke suatu medan pertempuran yang berbeda-beda dengan tujuan yang sangat jelas, menghancurkan semua Mobile Suit musuh yang ada. Objective seperti melindungi suatu kapal atau armada tak ubahnya gimmick yang tidak memberikan peran berarti ke dalam permainan. Poin utama dari permainan selalu soal mengalahkan semua Mobile Suit musuh dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Pada mode Normal dan Hard pun kita diberikan sejumlah tantangan yang bila kondisinya terpenuhi, kita mampu memperoleh sejumlah parts dengan fungsi untuk memperkuat Mobile Suit.
Mekanik permainan yang dibawa pun secara garis besar sama dengan Mobile Suit Gundam Battle Operation 2. Alur permainan yang serba slow–paced menuntut kita sebagai pemain untuk lebih berpikir taktis ketimbang menyerang musuh yang ada secara membabi buta. Semua mekanik yang ada sangat tidak mendukung untuk permainan diselesaikan secara cepat. Mulai dari cooldown dan reload dari tiap senjata yang cukup memakan waktu, gerakan dari Mobile Suit sendiri yang memang terasa berat, hingga limitasi dalam melakukan dodge dan dash karena sangat mudah mengalami overheat. Inovasi yang dihadirkan Code Fairy datang dari fitur buff yang mampu diaplikasikan baik untuk kita perseorangan sebagai pemain hingga satu tim yang beranggotakan pemain dan dua companion yang dikendalikan komputer.
Bicara mengenai komputer yang mengendalikan Mobile Suit companion yang menemani misi kita sepanjang story mode, AI yang dihadirkan sesungguhkan cukup tanggap. Di banyak waktu, AI ini mampu merespon kondisi sesuai dengan apa yang kita inginkan. Salah satunya adalah bagaimana AI ini mampu merespon situasi dimana kita mau memicu Chain Attack untuk output serangan yang lebih besar kepada musuh. Namun hadirnya friendly fire di game ini cukup menganggu banyak situasi dimana kita maupun AI mampu menganggu ritme permainan satu sama lain. Kembali lagi, kehadiran friendly fire ini bisa termasuk sebagai upaya menekan gaya permainan kita sebagai pemain untuk lebih taktis dalam mengatur positioning dan timing untuk menyerang.
Meninggalkan story mode, Code Fairy juga memiliki simulator mode yang berisikan tiga jenis stage, yakni Simulation – babak dimana kita diminta menyelesaikan suatu misi dengan dorongan untuk mencapai semua kondisi yang diberikan untuk membuka sejumlah parts guna memperkuat Mobile Suit kita, Cost Team – deathmatch yang eksis di Battle Operations 2 dengan limitasi cost yang hadir secara berbeda di setiap lini Mobile Suit yang kita miliki, dan Training – sekedar babak latihan yang hadir di setiap pembuka chapter di story mode. Bisa terbilang bahwa simulator mode adalah “jantung” yang membuat kita tetap kembali untuk bermain Code Fairy. Hanya di mode ini kita mampu menggunakan beragam Mobile Suit yang telah berhasil kita buka sepanjang permainan.
Kesimpulan: Feminime Zaku / 10
Kesimpulan akhir, Code Fairy sepertinya memang didesain untuk mampu dimasuki oleh siapa saja baik pendatang baru maupun veteran. Namun gameplay yang dihadirkan benar-benar mengunci Code Fairy ke pasar yang begitu niche karena pace permainannya yang serba lambat dan menuntut untuk berpikir lebih taktis. Benar-benar hanya perpanjangan tangan dari Battle Operation 2. Tidak begitu banyak hal yang bisa dinyatakan dari segi cerita, sebab kisah Code Fairy sendiri belum usai. Namun bila mampu mengaplikasikan impresi awal ke lima chapters pertama dari Code Fairy, cerita yang dihadirkan tidak memberikan impresi yang begitu bagus untuk kembali kala volume 2 hingga 3-nya rilis nanti. Code Fairy sepertinya masih kurang berhasil memancarkan daya tariknya melalui volume 1 kepada pemain, terlepas dari pemain tersebut merupakan penggemar atau bukan penggemar dari seri Gundam.