Review Film Selesai (2021) Buatan Sutradara Yang Lagi Rame
Film Selesai (2021) Garapan dari Dr. Tompi yang jujur saya nanti-nantikan sejak perilisan poster perdana nya pada Agustus tahun lalu. (Pake ‘koma’) Setelah satu tahun menunggu film ini rilis, film selesai (2021) rilis pada 12 agustus 2021 pada platform Over The Top yang belum lama umur nya yaitu Bioskop Online. Bersama dengan Imam Darto selaku penulis naskah, Dr. Tompi selaku sutradara akan Kembali dipercaya untuk membawakan film Selesai dengan skala yang sama dengan Pretty Boys.
Film ini dibintangi artis-artis papan atas seperti pemenang penghargaan Citra Best Actor 2018 yaitu Gading Marten, Ariel Tatum, hingga selebgram papan atas yaitu Anya Geraldine. Premis film ini menceritakan hubungan suami istri yaitu Broto Hadisutejo (Gading Marten) dan Ayudina Samara (Ariel Tatum), Ayu merasakan kecurigaan bahwa suami nya broto hendak selingkuh kembali dengan Anya (Anya Geraldine) setelah sebelumnya telah menyelingkuhi dirinya 2 kali. Akhirnya benar saja, Ayu tiba tiba menemukan sepasang celana dalam yang diduga milik anya, selingkuhan nya Broto.
Setelah itulah cerita Selesai (2021) mulai berkembang kedepannya, sekilas cerita perselingkuhan terasa klise apalagi di dunia perfilm an di Indonesia. Hal tersebut sudah biasa dari film televisi seperti sinetron,FTV, sampai dengan film bioskop. Namun film ini menawarkan hal yang berbeda dengan film-film klise lainnya menurut saya. Perbedaan tersebut sangat terlihat jelas ketika di pertengahan film tiba-tiba film ini terasa seperti ala film Detective Hollywood yang penuh ambisi yang kuat. Dimana Ayu akan berusaha mengungkap dan mencoba untuk bercerai dengan Broto.
Namun yang paling disayangkan pada film ini adalah porsi komedi yang cukup banyak. Walaupun pada platform Bioskop Online genre bertuliskan hanya Drama, namun benar saja film ini kental sekali dengan unsur komedi yang diberikan karakter dimensional nya. Karena adegan yang terkadang dipaksakan melucu di tempat yang kurang cocok akhirnya hal tersebut dapat merusak suasana dramatis saat menonton film ini. Salah satu kritik saya adalah akan lebih menguras emosi jika komedi hanya benar benar hanya untuk dimensi cerita. Bahkan bisa dikatakan unsur komedi pada film ini adalah 30-40%. Dapat dimengerti jika komedi di film ini memang dapat membuat penonton tidak merasakan bosan saat di pertengahan film.
Namun harus dimengerti juga film ini mengusung cerita yang cukup ambisius. Sangat jarang saya menemukan film Indonesia bergenre romance dengan ceritanya yang cukup complicated. Jika porsi komedi pada film ini berkurang, pastinya cerita yang terlihat ambisius ini akan lebih menguras emosi penonton.
Hal yang patut di apresiasi pada film adalah hampir 90% film ini berlatarkan di rumah Broto saja. Dr.Tompi mengikuti jejak film Story Of kale dimana hanya berlatarkan rumah saja, hal tersebut dapat menjadi sebuah film Dengan komedi dan dialogue yang intens film ini berhasil menyajikan film dengan satu setting yang pas dan terhitung tidak boring.
Berbicara mengenai Karakter development, terutama pada karakter utama terlihat cukup baik. karakter pada film ini sangat berkaca pada film Marriage Story (2019) yang diperankan Adam Driver dan Scarlett Johansson yang mengangkat isu perceraian. Dimana Gading Marten dan Ariel Tatum sebagai karakter masing-masing berusaha sebisa mungkin untuk terlihat dramatis di beberapa adegan. Namun yang paling terlihat adalah Gading Marten. terlebih gading marten yang memang kita ketahui selalu memberikan performa terbaik dalam film yang dibintangi olehnya.
Namun inilah yang saya inginkan setelah Love For Sale (2018) tayang. Film Drama cinta namun dengan bumbu dewasa. Dewasa disinilah bukan mengarah pada hal yang vulgar atau tidak senonoh lainnya, namun drama yang diberikan terlihat lebih serius dan tidak selalu tentang remaja yang penuh gombal dan aksi naif nya. Sebagai penikmat film, saya sudah benar benar lelah dengan romansa remaja yang menjadi Hegemoni Budaya di akhir-akhir tahun ini.
Walaupun tidak benar-benar sesuai ekspektasi, Film ini juga dibumbui dengan kritik kritik sosial yang terjadi pada negara Indonesia tercinta ini. Seperti hal nya lockdown saat pandemi, banyak orang yang dipecat dari pekerjaan nya, hingga pandemi yang tidak kunjung selesai. sayangnya, diluar pesan moral yang coba disampaikan, terdapat beberapa discontinuity didalam film ini. Salah satu contoh besarnya ialah saat film ini menceritakan bahwa di Kawasan tersebut diberlakukannya lockdown, namun di akhir banyak orang yang berdatangan di rumah broto. Hal tersebut seperti nya terjadi discontinuity yang cukup fatal secara cerita yang seharusnya dipertimbangkan adegan tersebut terjadi.
sinematografi dan Mise En Scene (Aspek apa saja yang terlihat pada frame) menjadi hal yang saya perhatikan dari awal. Pengambilan gambar pada film ini cukup di garap dengan maksimal menurut saya. Terlebih Mise En Scene yang terlihat begitu rapi dan warna antara tembok dan pakaian yang dikenakan oleh karakter terlihat pas dan menarik. Pengambilan gambar pada film ini akan banyak memperlihatkan cahaya matahari yang masuk kedalam rumah sehingga menciptakan siluet framing jendela yang apik.
Bahasa visual pada film ini terlihat kurang efektif Seperti menggunakan metafora roti untuk memperlihatkan keadaan ayu sekarang hingga framing yang melihatkan Broto dan Ayu terpisah. Namun hal tersebut banyak dijelaskan dengan monolog. Penonton seperti terlalu disuapin sesuatu hal yang seharus nya penonton menangkap hal tersebut hanya melalui visual saja cukup.
Sebenarnya film ini memiliki potensi yang cukup baik menurut saya pribadi, namun porsi komedi yang terlalu berlebihan sampai mengalahkan sisi dramatisasi pada film ini. Serta konflik yang terlalu kemana-mana membuat saya bingung menjelang akhir film. Dan bertanya sebenarnya mau dibawa kemana ini film.
Setelah menonton film ini saya bukan teringat film romance lainnya yang sekiranya mirip dengan film ini malah secara tiba tiba mengingat film “Shutter Island” garapan Martin Scorsese. Aneh bukan malah teringat film misteri? Memang aneh betul.
Film dengan seharga Rp 40.000 menurut saya si cukup mahal, di hitung kita harus mengeluarkan effort seperti internet, terlebih film ini hanya menyediakan kualitas maksimal HD. Menjadi film ini kurang Worth It untuk seharga segitu. Saya berekspektasi film ini akan mengangkat genre Romance yang lebih serius seperti hal nya Love For Sale (2018). sayangnya film ini ternyata mengangkat genre Romance-Comedy yang serba kentang menurut saya pribadi.
Ada satu quote menarik yang saya kutip untuk menjelaskan film selesai (2021) ini,
“ Bagaimanapun, menikahlah. Kalau kau mendapatkan istri yang baik, kau akan memetik kebahagiaan. Kalau kau mendapatkan istri yang buruk, kau akan menjadi seorang filsuf ”
– Socrates
Film selesai(2021) tayang pada 12 Agustus 2021 pada platform Bioskop Online.