Netflix beberapa bulan lalu telah merilis film yang mengadaptasi game esport yang sangat sangat popular yaitu League of Legends. Bersama Riot Games dan Frontiche Production membangun cerita dari universe Runeterra berjudul “Arcane”. Banyak yang tidak percaya dengan series ini terutama saya sediri bahwa series ini akan berhasil, sampai series ini mebuktikan taring nya sendiri dengan merilis 3 episode awal untuk menceritakan awal dari dunia universe Runeterra. Arcane membuktikan kualitas nya di para fans dan penonton awam dengan sangat epic dan megah yang melebihi ekspetasi para penonton menurut saya. Lalu kenapa Arcane dianggap melibihi ekspetasi?
Membawa eksis karakter terkenal di League of Legends
Saya sendiri bukan pemain dan pengikut dari universe Runettera ini, namun dari beberapa research yang saya lakukan Arcane membawa karakter favorit para pemain LOL yang lore nya sendiri masih terlihat abu-abu lalu mereka menyempurnakan nya di series Arcane ini.
Karakter yang dibawa pada series ini pasti sudah melekat kuat dengan pemain LOL yaa karena mereka sudah menghabiskan lusinan jam untuk mastering hero favaorit mereka dan membawakan karakter favorit mereka adalah hal yang sangat menggembirakan tentu nya untuk para pemain.
Karena pemain pasti sudah memiliki ikatan batin terhadap hero tersebut walaupun mereka hanya memiankan nya. Namun untuk orang yang tidak mengikuti LOL juga dapat dengan baik diperkenalkan karakter-karakter di series ini.
Karakter seperti Vi, Jinx, Victor, Caityln dan Jayce itu adalah karakter yang memang sudah sangat terkenal, banyak pemain LOL yang sudah menghabiskan ratusan jam dengan karakter tersebut.
Namun karakter pendukung pada film ini juga tidak kalah memoriable seperti hal nya Vander and Geng yang muncul di awal series sampai dengan karakter licik yang penuh dengan manipulasi yaitu Silco, juga membekas untuk para penonton series Arcane ini.
Menceritakan tentang Equality, Separatisme, dan Modernisasi
Cerita yang dibawa membawa banyak ideologi di dalam nya, yang pertama saya bahas adalah Equality, bagaimana kita diceritakan dua kota yang sangat kontras kehidupan nya, yaitu Zaun dengan skeptisisme Radikal dan Piltover yang ingin maju dengan sebuah teknologi. Zaun yang seharusnya menjadi tanggung jawab Piltover agar berkembang di bawah naungan nya, malah menjadi kota yang penuh deskriminasi dan rasisme. Dimana orang-orang Piltover menganggap bahwa orang-orang Zaun ini penuh dengan tindak kriminal, menjijikan, dan dianggap trouble maker.
Maka dari itu disini Zaun atau yang sering disebut kota bawah memiliki provokator melakukan tindak Separatisme yaitu karakter tambahan yang Bernama Silco. Silco memperjuangkan agar kota bawah dapat mendirikan kota yang utuh tanpa ada campur tangan dari kota Piltover yang sebenarnya juga tidak menganggap kota Zaun dan tidak peduli dengan kota tersebut. Bahkan Zaun hanya menjadi tempat deskriminasi Piltover. Silco memperjuangkan agar kota bawah dapat mendirikan kota sendiri yang Bernama Zaun dengan meghalalkan segala cara.
Jika kota Zaun melakukan Seperatisme maka beda dengan Piltover yang diawal sampai akhir episode ini menceritakan bagaimana Piltover dapat maju dan berkembang dengan teknologi sihir yang Bernama Hextech. Para dewan atau petinggi Piltover percaya bahwa Hecxtech dapat membuat Piltover makin berkembang jauh modern dan membantu banyak manusia Piltover hingga menciptakan Equality terhadap kota bawah atau Zaun.
Dunia yang mengarah pada Postmodern “Anti-Fondasionalisme”
Ketika Piltover dapat menjalankan Modernisasi dengan Hectech dengan mengikuti episode demi episode kita makin mengerti bahwa kota ini mengalami Anti-Fondasionalisme atau runtuh nya Narasi Besar. Bagaimana hextech yang membantu manusia makin berkembang dan katanya membuat sebuah kesetaraan malah membuat gap antara dunia bawah dan Piltover makin jauh karena Piltover dapat menikmati hasil Hectech dan Zaun hanya petinggi nya saja yang dapat menikmati dan malah makin hancur saja kota Zaun saat memasuki modernisasi yang dilakukan Piltover.
Semua Narasi besar yang dilakukan Jayce selaku pembuat hexctech hanyalah sebuah fatamorgana semata, makin lama Hextech dikembangkan bukan untuk membantu sesame manusia melainkan untuk menjadi sebuah senjata yang mempersulit hidup di Piltover dan Zaun. Bahkan menjadi masalah baru yang ditimbulkan, seperti kerusakan karena merebutkan sebuah Hextech.
Bahkan Victor yang yakin akan Hextech yang dapat menyembuhkan penyakit dia itu malah menimbulkan penyakit lainnya dan menghilangkan orang yang ia saying. Semua ini seolah-olah ironi dan Hextech yang seharusnya membantu malah menjadi boomerang bagi para Piltover dan Zaun.
Maka dari itu saya menyebut bahwa perkembangan yang akan dilakukan Piltover ini mengarah pada Anti Fondasionalisme.
Skeptisisme Radikal
Jika Piltover memaknai Anti-Fondasionalisme, maka Zaun memaknai Skeptisisme Radikal. Dimana para masyarakat Zaun kebanyakan adalah orang yang Nihilis, yang tidak peduli dengan apapun, mereka percaya hidup mereka tidak memiliki makna, penuh adiksi, Serba semu dan Chaos.
Kota zaun yang lebih kotor dan gelap dari pada Piltover membuat kota ini menjadi sarang para penjahat untuk tinggal karena memang masyarakat Zaun lebih tidak teratur saja.
Semua itu akan tergambar saat proses menuju episode terakhir untuk series ini.
Animasi yang memiliki gambar luar biasa EPIC.
Dengan segala kualitas cerita yang penuh dengan ideologi yang saya sebutkan tadi, ini juga di bungkus atau dikemas dengan animasi yang ciamik dan epic. Style gambar seperti menggabungkan Teknik Brushing ala game nya dengan menggabungkan 2D dan 3D.Penggambarakn ekspresi juga digambarkan dengan baik, terlihat jelas dan meresap pada penonton terutama saya. Itu membuat saya terkagum akan penggambaran yang dilakukan oleh fortiche productions dan Riot Games.
PG13 Adalah Jalan Yang Benar
Jika cerita Arcane ini mengambil jalan dapat dinikmati oleh semua umur maka tidak akan se kuat ini ceritanya, banyak partumpahan darah, adegan kekerasan, Kekerasan terhadap anak kecil, dan tentunya adegan ranjang, semua itu memiliki porsi yang kuat untuk membuat indah series Arcane ini. Tentu tidak seperti animasi Disney yang terus menggolongkan penonton nya adalah anak-anak membuat animasi yang ia buat terlihat statis dan biasa saja, tentu juga tidak mengikuti perkembangan umur dari para penonton.
Ritme yang Sempurna
Hal yang membuat saya banyak diam dan focus terhadap jalan cerita Arcane ini tentu adalah Ritme music dan gambar. Dimana penepatan music dan gambar yang dilakukan sangat immersive, penonton dapat merasakan dramatisasi yang dilakukan. Bahkan fight scene pada film ini saja terkadang digabungkan dengan lagu yang menggambarkan emosi para karakter. Maka dari itu saya menganggap bahwa ritme music dan gambar pada series ini sempurna.
Adaptasi game yang luar biasa
Dari semua penjelasan yang saya tulis sudah jelas ya kalua series ini memiliki kualitas yang luar biasa, tidak hanya dari sisi teknis namun juga makna dari cerita nya itu dapat banget. Jika kalian bingung akan menonton apa pada minggu ini dan butuh rekomendasi terutama pada platform Netflix, maka Arcane lah jawaban nya.
Kalian akan diajak untuk mengikuti petualangan di kota Zaun dan Piltover yang memiliki gaya hidup yang jauh berbeda. Banyak juga kritik sosial para filsuf yang dimasukan pada series ini.
Series ini tidak perlu mengetahui tentang bagaimana lore dari Runettera, atau pemain LOL, kita dapat mengikuti dan menikmati cengan jelas menganai series ini. Karena deliver yang dilakukan juga sangat baik, maka dari itu ini dapat ditonton oleh semua orang walaupun kalian tidak mengerti LOL atau pun dunia dari Runettera ini.